Peluh di Balik Merah Putih, Kisah Babinsa Sertu Rahim Kabau dan Warga Leko Kadai Mengisi Kemerdekaan

Halselpos.com, Kepulauan Sula–Pagi itu, di bawah langit Mangoli Barat yang cerah, suara palu bertalu-talu bersahut dengan tawa warga Desa Leko Kadai Kecamatan Mangoli Barat Kabupaten Kepulauan Sula Maluku Utara. Di tengah kerumunan, tampak Sertu Rahim Kabau Anggota TNI AD yang Dinas di Koramil 1510-01/Dofa, Kodim 1510/Sula. Babinsa yang akrab dipanggil “Pak Rahim” oleh warga, sibuk memegang kuas cat berwarna cerah. Bukan sekadar perbaikan jembatan, ini adalah cerita tentang cinta, pengabdian, dan arti kemerdekaan yang sesungguhnya.

Jembatan ini bukan sekadar papan dan paku. Ia adalah nadi penghubung warga menuju Puskesmas jalur yang dilalui ibu hamil untuk memeriksakan kandungan, anak-anak yang harus imunisasi, hingga lansia yang berjuang melawan penyakit. Sertu Rahim paham betul arti pentingnya. “Kalau jembatan ini putus, artinya akses kesehatan juga terputus,” ujarnya sambil menghela napas. Jumat, (15/8/2025)

Di momen menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI, ia memilih mengisi kemerdekaan dengan kerja nyata. Bersama Bhabinkamtibmas, pengusaha lokal, dan warga, ia menggalang dana dari kocek pribadi dan donasi. Tak ada bendera formalitas, yang ada hanyalah semangat gotong royong yang membara.

Peluh menetes di dahi, tangan-tangan kokoh menggenggam paku, papan, dan kuas cat. Anak-anak berlarian membawa botol air untuk para bapak yang bekerja. Sementara itu, ibu-ibu menyiapkan teh hangat dan kue sederhana di tepi jalan. Di antara obrolan ringan, semua sepakat  kemerdekaan bukan hanya diucapkan, tapi dikerjakan.

Ketika cat terakhir dioleskan, jembatan itu bukan lagi sekadar struktur kayu. Ia adalah simbol persatuan, bukti bahwa di desa kecil di Kepulauan Sula, Merah Putih berkibar bukan hanya di tiang, tapi juga di hati warganya.

“Kalau kita mau menunggu bantuan datang, belum tentu cepat. Tapi kalau kita bergerak bersama, hasilnya bisa langsung dirasakan,” tutur Sertu Rahim, matanya berbinar di bawah naungan bendera yang berkibar anggun di ujung jembatan.

Inilah kemerdekaan, diwarnai peluh dan tawa, lahir dari cinta pada tanah air dimulai dari sebuah jembatan sederhana di Leko Kadai.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *