Oleh : Hajrin Radja

Halselpos.com, Labuha–Financial Freedom ala Islam: Kaya Tanpa Sombong, Hemat Tanpa Pelit, Sedekah Tanpa Pamer.
=================
Hari ini kalau ngomongin financial freedom, orang langsung mikir: bebas utang, bisa liburan ke mana aja, punya passive income, atau kerja seenaknya. Nggak salah sih, tapi kalau hidup cuma ngejar definisi itu, ujung-ujungnya capek. Karena standar dunia nggak pernah ada habisnya.
Islam datang kasih definisi yang lebih sehat. Financial freedom versi Islam itu:
bisa kaya tanpa sombong, bisa hemat tanpa pelit, bisa sedekah tanpa pamer.
Allah ingetin kita dalam Al-Qur’an: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri (kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia; berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77)
Artinya jelas, kita boleh menikmati rezeki dunia, tapi jangan lupa arahkan juga untuk akhirat.
Kaya tanpa sombong
Boleh kaya, bahkan dianjurkan kalau hartanya dipakai untuk kebaikan. Nabi pernah bilang: “Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki orang shalih.” (HR. Ahmad). Contohnya Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu. Beliau konglomeratnya sahabat. Tapi meski kaya raya, tetap rendah hati. Ketika hijrah ke Madinah dan ditawari separuh harta oleh Sa’d bin Rabi’, beliau menolak dengan santun. Cukup ditunjukkan pasar, dan beliau mulai usaha sendiri. Kaya, tapi nggak gengsi, nggak arogan.
◉ Hemat tanpa pelit
Hemat bukan berarti medit atau nggak mau berbagi. Hemat itu pandai atur keuangan biar nggak boros, tapi tetap ringan tangan. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu adalah contoh yang kuat. Beliau hidup sederhana, bahkan saat menjabat khalifah. Baju tambalan tetap dipakai, makanan sederhana tetap dinikmati. Tapi itu bukan pelit, justru karena beliau ingin hartanya lebih banyak masuk ke jalan Allah.
Hemat = prioritas akhirat.
Sedekah tanpa pamer
Ini bagian yang paling sering miss di era medsos. Banyak yang sedekah, tapi buru-buru update story biar terlihat dermawan. Padahal Nabi bersabda: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah di hari tiada naungan selain naungan-Nya, salah satunva adalah orang yang bersedekah lalu ia sembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Lihat sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliau nyumbang ribuan unta untuk jihad, nyumbang sumur untuk kebutuhan kaum muslimin. Tapi beliau nggak suka pamer. Beliau tahu, kalau ikhlas, Allah yang mencatat, bukan manusia yang menilai.
Sedekah itu bukan soal besar kecilnya nominal. Bahkan satu butir kurma yang ikhlas lebih berat nilainya daripada emas segunung tapi buat pamer.
Bonus akhirat untuk pecinta Qur’an tidak kalah penting, financial freedom juga artinya bebas dari miskin hati. Nabi bilang: “Bukanlah kekayaan itu banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR. Bukhari & Muslim). Dan bagi yang mengisi waktunya dengan Qur’an, ada bonus luan kepada kedua orang tua (penghafal Qur’an) mahkota pada hari kiamat, cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari…” (HR. Abu Dawud).
Jadi jangan salah, harta bisa bikin hidup lebih nyaman, tapı Qur’an bıkın hidup lebih tenang.

Kesimpulannya, financial freedom ala Islam itu bukan soal rekening gendut, tapi soal hati yang lapang:

Kalau kaya, tetap rendah hati.

Kalau hemat, tetap peduli.

Kalau sedekah, tetap rahasia.

Kalau mindset ini udah nyantol, hidup kita nggak akan jadi budak uang. Dunia ikut, akhirat aman.

? Pertanyaan buat kita: kalau dikasih rezeki lebih sekarang, apa yang paling pengen kamu lakuin dulu -upgrade gaya hidup, atau upgrade tabungan Akhirat?
Semua ada dalam pilihan kita masing².

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *